Kaya dan Bermanfaat | 2 Men read
Kaya itu ujian, bukan tujuan…
Semoga 3 kisah ini memberikan inspirasi…
Banyak kisah para orang shalih dan ulama terdahulu yang Allah anugerahi kekayaan melimpah. Namun menariknya, mereka tak menjadikan harta sebagai tujuan hidup, melainkan sebagai sarana untuk memberi manfaat seluas-luasnya.
Sementara di masa kini, tak sedikit orang yang justru menghalalkan segala cara demi harta — bahkan rela mengorbankan prinsip dan kemuliaan dirinya. Padahal, kekayaan sejati bukan di angka saldo, tapi di seberapa besar manfaat yang keluar dari tangan kita.
Yuk, kita belajar dari sosok-sosok inspiratif ini.
Sa’ad bin ‘Ubadah Radhiallahu ‘anhu – Dermawan yang Gemar Menjamu Tamu
Sahabat Nabi ini dikenal sering melayani orang yang membutuhkan. Beliau juga sangat bersemangat menjamu para pendatang kota Madinah yang ingin belajar Islam.
Sa’ad bin ‘Ubadah pernah berdo’a: Ya Allah, berikanlah aku kehormatan dan kehormatan tidak ada kecuali dengan usaha dan harta. Ya Allah, aku tidak layak dengan harta yang sedikit, dan aku tidak layak untuk memiliki harta sedikit.
Diriwayatkan ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam tiba di Madinah, setiap hari, Sa’ad bin Ubadah mengirim senampan adonan tepung dengan daging atau adonan tepung dengan susu atau semacamnya. Bahkan nampan yang dikirim oleh Sa’ad cukup dikelilingkan ke semua istri Beliau shallallahu ‘alaihi wa salam.
Baginya, rezeki bukan untuk disimpan, tapi untuk diperluas manfaatnya. Bersyukur bukan cuma dengan ucapan, tapi juga dengan memberi makan sesama. Karena setiap suapan yang kita bagi, bisa jadi penyelamat di hari kelak.
Al-Laits bin Sa’d Rahimahullah – Ulama yang Tak Lelah Bersedekah
Al-Laits bin Sa’d Rahimahullah, seorang ulama besar Mesir, dikenal sangat kaya — tapi lebih dikenal karena kemurahan hatinya. Dalam setahun, beliau bisa mengeluarkan sedekah dalam jumlah luar biasa pada masanya.
As-Shafadi menceritakan, Al-Laits termasuk ulama yang baik hati dan sangat dermawan. Diceritakan bahwa penghasilan al-Laits setiap tahun mencapai 5000 dinar. Dan beliau suka membagi-bagikannya untuk menyambung silaturahmi dan kegiatan lainnya.
Beliau pernah memberikan 1000 dinar kepada Ibnu Lahai’ah (seorang ulama hadis), juga memberikan uang 1000 dinar kepada Manshur bin Ammar (ulama ahli nasehat).
Namun tak hanya soal jumlah, niat beliau selalu murni: membantu tanpa berharap balasan dunia. Kekayaan bukan untuk dibanggakan, tapi dikelola agar jadi jalan keberkahan. Karena sejatinya, harta yang kita keluarkan itulah yang abadi.
Abdullah bin Al-Mubarak Rahimahullah – Sedekah yang Tak Perlu Sorotan
Abdullah bin Al-Mubarak adalah ulama besar dengan julukan Amirul mukminin dalam masalah hadis. Di balik keahliannya dalam ilmu hadis, beliau punya kelembutan hati luar biasa.
Beliau sering membantu orang miskin, namun tak ingin namanya disebut. Bahkan dalam sebuah kisah, bantuan diberikan lewat perantara agar penerima tak tahu siapa yang memberi.
Dikisahkan Abdullah bin Al-Mubarak pernah membantu seorang pemuda yang dipenjara disebabkan terlilit utang 10 ribu dirham. Kemudian beliau melunasi utang tersebut dan berpesan agar tidak memberitahukan hal ini kepada orang lain selama dia masih hidup.
Abdullah bin Al-Mubarak bertemu pemuda itu dan bertanya, “Wahai pemuda kemana saja kamu, tidak kelihatan?”
“Wahai Abu Abdirrahman (Ibnu Mubarak), aku dipenjara karena utang.” jawab pemuda.
“Bagaimana kamu bisa bebas?” Ibnu mubarak kembali bertanya.
Pemuda itu menjawab, “Ada seorang lelaki yang melunasi utangku, dan aku pun tidak mengenalnya”.
Ibnu Al-Mubarak berkata kepada pemuda itu, “Pujilah Allah”.
Sehingga pemuda itu tidak mengetahui siapakah yang sebenarnya melunasi utangnya.
Memberi itu indah, tapi lebih indah bila dilakukan diam-diam. Karena sedekah yang tulus tak butuh tepuk tangan. Subhanallah, semoga kita dapat mencontoh akhlak mulia Ibnu Al-Mubarak.
Kaya dan Memberi Manfaat adalah Dua Hal yang Berdampingan
Dari tiga kisah di atas, kita belajar bahwa menjadi kaya bukanlah dosa — asalkan disertai kesadaran bahwa semua harta hanyalah titipan. Dalam harta tersebut ada hak orang lain yang membutuhkan sehingga kita wajib berusaha berbagi untuk mereka.
Belajar dari kisah orang shalih di atas bahwa kekayaan sejati lahir dari hati yang ingin memberi manfaat sebanyak-banyaknya.
Semoga kisah para dermawan ini menggugah hati kita. Bahwa di tengah dunia yang kian mencintai harta, masih ada jalan untuk menjadi kaya sekaligus bermanfaat.
Baca Juga:
SHAFIQ Penyelenggara layanan urun dana syariah (SCF Syariah) pertama yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
SHAFIQ hadir untuk bantu kamu Investasi di Bisnis UKM Riil yang legal dan tanpa pelanggaran syariah. Urun dana bisa bantu bisnis berkembang—dan kamu juga berpeluang Raih Pendanaan hingga Rp10 Miliar! Caranya segera Daftar ya!
_______________
⚠️ Disclaimer | Semua bentuk investasi punya risiko. Pastikan kamu baca prospektus dan pahami model bisnisnya sebelum berinvestasi, ya!
⚠️ Artikel ini untuk tujuan edukasi dan literasi. Bukan ajakan beli/ jual instrumen tertentu.
Referensi:
- Ammi Nur Baits, Kode Etik Pengusaha Muslim (Yogyakarta: Muamalah Publishing, 1442 H)